Perawat memeriksa puser si Da’i.
Menunggu giliran untuk diperiksa oleh dokter.
Seminggu setelah lahir, pada 18 Januari 2011, Puser Muhamad Daisuki Estiara pun puput. Jadi keesokan harinya kami sekeluarga pun berangkat ke RS Kesdam Cijantung untuk memeriksakannya. Berat si Da’i (panggilan untuk Muhamad Daisuki Estiara) naik dari semula 3,3 kg saat dilahirkan seminggu lalu (12 Januari 2011) menjadi 3,5 kg.
Berhubung Bidan dan perawat di ruang kebidanan merasa kalau si Da’i agak kuning, akhirnya si Da’i pun di sarankan untuk diperiksa ke dokter. Dokter lalu menyuruh agar Da’i diperiksa darahnya untuk mengecek kadar Bilirubinnya. Akhirnya da’i pun mendapatkan suntikan pertamanya di usianya yang baru 7 hari. Da’i menangis kencang ketika jarum suntik menembus kulitnya, tapi untunglah tangisnya tidak lama. Setelah prose pengambilan sampel darahnya selesai, dan Da’i pun di beri susu, hilang lah sudah tangisnya.
Hasil tes darah menunjukan kadar Bilirubin yang agak tinggi. Mungkin ini kesalahan kami sebagai orantua baru yang belum berpengalaman. Saat Da’i baru lahir dan kami masih di RS, perawat beberapa kali mengingatkan kami agar setiap 2 jam sekali memberi asi/susu pada Da’i. Tetapi karena si Da’i selalu tidur, dan kami tidak diberi penjelasan kenapa harus melakukan itu, akhirnya kami lebih sering membiarkannya tidur terus dan baru memberinya susu ketika Da’i terbangun beberapa jam kemudian. Rupanya asi/susu yang harus diberikan setiap 2 jam sekali itu berfungsi untuk memudahkan proses pembuangan racun yang ada pada tubuh Da’i, seperti juga sinar matahari pagi yang ternyata juga akan membantu proses tersebut. Hati bayi yang baru lahir katanya belum cukup “matang” untuk bisa memproses dan menyaring racun yang ada ditubuhnya sehingga racun-racun itu akhirnya terus berada dalam darah. Diperlukan waktu sekitar 7-10 hari untuk proses mematangkan hati bayi agar bisa berfungsi dengan baik.
Aku yang mengantar surat hasil dari lab. ke dokter (yang ternyata bukan dokter spesialis anak, dokter spesialis anak sedang tidak ada jadwal praktek) mendapat penjelasan dan disarankan oleh dokter itu agar si Da’i di rawat inap di RS lain yang terdekat yang mempunyai fasilitas yang lebih lengkap agar dapat mempercepat proses penurunan kadar bilirubin si Da’i. Sebenarnya si dokter sudah menyetujui keinginanku untuk konsultasi dulu dengan dokter spesialis anak esok harinya untuk menentukan tindakan selanjutnya, tetapi perawat yang bertugas di meja depan bersikeras agar surat rujukan yang telah dibuat ditujukan ke rumah sakit lain saja yang lebih lengkap fasilitasnya dengan alasan dokter spesialis pun belum tentu ada esok harinya karena sedang pulang kampung (orangtuanya ada yang meninggal katanya). Akhirnya aku pun di beri surat rujukan untuk ke RS lain.
Tapi setelah berunding dengan kedua orang tuaku yang ikut mengantar Da’i periksa ke RS, akhirnya diputuskan untuk melakukan perawatan di rumah saja.
Da’i belum tahu apa yang akan terjadi.
Suntikan pertama untuk Da’i, dan tangisnya cukup membuatku haru.
Tangis Da’i hilang ketika diberikan ASI dalam botol
Da’i tertidur setelah kenyang minum ASI.
Foto-foto Da’i (Muhamad Daisuki Estiara) adalah hasil foto kamera handphone sony ericsson k800i .
3 comments:
here to visit you- enjoy your sunday!
Semoa Da'i setelah di beri suntikan itu tambah sehat saja bu :D .Btw, hasil foto dengan HP soner nya koq bening amat, memang berapa megapixel cameranya ??
Salam hangat serta jabat erat selalu dari Tabanan
@Mayet: Hi Mayet, thanks for visiting. Hope you always enjoy your day too.
@sgharjono: amin. makasi dah mampir ya.
aku pake soner k800i, pixel cameranya sampe 3mp, tapi ada 4 pilihan yang bisa digunakan, vga, 1mp, 2mp, 3mp. biasanya aku pake yang 1 mp,ngirit memori hehehe
Salam hangat serta jabat erat dari jakarta juga ya :-)
Post a Comment